Minggu, 16 Agustus 2020

Memaknai Kemerdekaan RI ke-75 di Tengah Pandemi COVID-19

Esok adalah peringatan Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan "Negara Kesatuan" Republik Indonesia yang ke-75. Suatu momen yang berulang dirayakan sebagai Hari Nasional yang paling momentum di Republik ini. Proklamasi Kemerdekaan RI tepatnya dikumandangkan atas nama bangsa Indonesia oleh Soekarno-Hatta adalah momen bersejarah yang membangun peradaban Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.


Ada yang berbeda di peringatan HUT Kemerdekaan RI sekarang ini. Kuartal I hingga kuartal III saat ini kita mengalami goncangan krisis di segala aspek kehidupan akibat Wabah (Pandemi) COVID-19 yang mendunia. Jerit warga negara akibat keterbatasan dalam memperoleh penghidupannya hingga goncangan ekonomi yang menyebabkan resesi ekonomi menambah lesunya suasana. Di satu sisi MERDEKA yang tetap lantang dipekikkan seharusnya disambut dengan Semangat untuk menghadapi Era Pandemi menuju Era Normal Baru. Kalau sebelumnya memaknai kemerdekaan dengan semangat mengisinya melalui acara-acara nuansa Merah Putih dengan mengundang massa yang sangat banyak, kini tentunya tidak mungkin.

Izinkan saya sebagai warga negara yang turut merasakan hadirnya Negara untuk memberikan catatan tentang memaknai kemerdekaan di tengah pandemi COVID-19.

  1. Memaknai kemerdekaan di tengah pandemi COVIC-19 sebagai momentum untuk banyak merenung dan mengevaluasi diri tentang hikmah di balik peristiwa yang mendunia ini. Kalau dulunya sekelompok elit saja yang menikmati kemerdekaan, maka sekarang semangat merdeka itu harus ada di semua sudut-sudut kehidupan. Negara harus hadir untuk mengangkat penderitaan rakyat, yang selama ini tidak diekspos keberadaannya. 
  2. Back to nature. Saatnya kita mementingkan ketahanan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Hal ini tentunya memberikan kita pemahaman bahwa pentingnya makan makanan yang fresh, yang dimasak di rumah masing-masing, mengkonsumsi rempah-rempah sebagai produk lokal Indonesia, tentunya menjadi suatu perhatian. Negara harus hadir untuk meyakinkan penduduknya dapat mengkonsumsi makanan yang sehat, karena makanan yang sehat menunjang kesehatan nasional. Penduduk yang sehat tentunya mendukung semangat untuk maju menuju masa depan yang cerah.
  3. Bangkit dari keterpurukan. Lesunya perekonomian akibat pandemi ini, tidak bermakna kita kalah untuk selamanya. Kita justru harus keluar dari kondisi terpuruk saat ini. Pola perkonomian yang kini sudah berubah memaksa kita dan pelaku-pelaku ekonomi untuk servive secara responsive melalui digitalisasi. 
  4. Pola pendidikan kini telah berubah. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa harus menuntut ilmu, bertumbuh kembang, memiliki hak untuk mengecap pendidikan yang baik. Jangan biarkan mereka teralihkan perhatiannya pada hal-hal yang merusak kebutuhan dasarnya di bidang pendidikan. Momen saat ini justru mendorong kemandirian generasi penerus dalam membekali diri menghadapi tantangan global yang secara dinamis bergulir.
  5. Berbagi. Pandemi telah membuka cakrawala berpikir kita tentang kehidupan kita adalah bagian dari kehidupan orang lain. Memberikan sebagian yang kita miliki untuk dinikmati oleh orang yang membutuhkan adalah ciri kehidupan gotong royong, ciri kehidupan merdeka.
  6. Peka terhadap perkembangan zaman.  Ilmu pengetahuan itu terbatas meskipun faktanya dinamis. Perhatian pada penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya sudah dimulai sejak era industri. Relevansinya saat ini, kita melihat negara-negara di dunia tengah mempersiapkan Vaksin dan Obat untuk menghentikan laju pandemi COVID-19. Dengan berbekal iptek maka progress penemuan vaksin terus berkembang. Ilmu yang tadinya terbatas, ternyata dinamis atas dasar semangat kemanusiaan, sebagai suatu ciri kemerdekaan.
  7. Pada akhirnya marilah kita bepikir jernih, bahwa kemerdekaan itu milik semua. Di tengah-tengah pandemi COVID-19 ini tidak ada pengkotak-kotakkan SARA. Kesembuhan adalah milik semua. Yang utama kita harus keluar dari pandemi ini. Hal ini dapat diwujudkan dengan mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan WHO tentang berperilaku untuk mencuci tangan sesering mungkin, menggunakan masker, face shield, jaga jarak, tidak bersentuhan dan lain-lain.
  8. Tangan Tuhan yang memulihkan suasana "mencekam" ini karena Dia adalah Penguasa akan alam semesta, kita percaya, sebagai ciri bangsa yang merdeka yang Pancasilais.

MERDEKA!!!

Medan, 16 Agustus 2020
Sun Theo CL Ndruru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POTENSI ALIH FUNGSI TUAK SULING NIAS

 Introduksi Di sekitar tahun 2018 terdapat informasi tentang pelarangan penjualan tuak Nias. Hal ini mengakibatkan masyarakat Nias yang suda...