Introduksi
Di sekitar tahun 2018 terdapat informasi tentang pelarangan penjualan tuak Nias. Hal ini mengakibatkan masyarakat Nias yang sudah turun temurun menjalankan usaha produksi tuak Nias terganggu dengan dalih kehilangan mata pencahariannya. Pelarangan tuak nias yang diatur salah satunya dalam Peraturan Bupati Nias Selatan Nomor 04.20-30 Tahun 2017 tentang Larangan minuman beralkohol di Kabupaten Nias Selatan, bertujuan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya akibat penyalahgunaan konsumsi seperti mabuk-mabukan hingga perbuatan-perbuatan kriminal akibat terpengaruh alkohol.
Alkohol memang memiliki dampak negatif terhadap kesehatan antara lain masalah ketergantungan, kehilangan kontrol, pening, meningkatkan kadar gula tubuh, hingga kebutaan dan kematian. Dan hal-hal ini yang sangat disorot dalam pemanfaatannya, meskipun secara adat istiadat tuak Nias selalu dilibatkan, dan sebagian kecil dimanfaatkan dalam bidang pengobatan tradisional. Sementara alibi kearifan lokal menjadi mengemuka, selain isu menurunnya omset penjualan sebagai fungsi mata pencaharian.
Tuak Nias yang dikenal di kalangan konsumen ada dua macam, ada yang masih dalam bentuk campuran dengan komponen lain seperti air (berwarna keruh) dan ada yang murni (bening, sekitar 40-70% alkohol murni) atau yang dikenal dengan istilah tuak nomor 1. Tuak Nias diproduksi dari air nira pohon aren yang selanjutnya disuling secara tradisional yang selanjutnya untuk menghasilkan tuak suling berkadar 70-90%. Namun belum ada analisis berbasis laboratorium yang menegaskan kadar maksimal alkohol yang dihasilkan dari penyulingan tradisional tersebut.
Potensi Alih Fungsi
Berdasarkan statement terakhir menyebabkan Penulis tertarik untuk mengajukan usulan hipotetik peningkatan kualitas (baca : kadar) alkohol dari bahan baku air nira tersebut melalui teknik distilasi sederhana dan bertingkat di skala laboratorium, yang diduga dapat mencapai alkohol dengan kadar 95-98%. Deteksi kadar dapat dilakukan secara sederhana hingga advance. Sedehananya dapat dideteksi dari massa jenisnya sementara secara advance dapat dilakukan dengan HPLC (high performance liquid chromatography).
Pentingnya meningkatkan kadar alkohol ini agar cara pandang Pemerintah dan masyarakat bergeser dalam hal pemanfaatannya. Kalau selama ini tuak Nias hanya termanfaatkan dalam bidang minuman (keras) maka dengan memanfaatkan teknik laboratorium tuak Nias bisa dimanfaatkan di berbagai bidang lain terutama untuk keperluan penelitian, medis dan bahkan energi.
Seperti diketahui etanol merupakan pelarut organik yang cukup polar yang dapat melarutkan beberapa material seperti lemak dan polimer organik lainnya seperti etil selulosa, hal ini sangat lumrah dilakukan di dalam laboratorium. Di tengah-tengah pandemi sekarang ini, kebutuhan akan etanol sangat tinggi, khususnya dalam pembuatan hand sanitizer berkadar 70-98% sebagai komponen utama. Dalam sterilisasi peralatan gelas dan logam di laboratorium dan medis, etanol yang paling diandalkan, demikian pula dalam kaitannya dengan pelarut bibit parfum misalnya etanollah yang paling banyak digunakan. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pemanfaatan etanol justru lebih dikenal terlebih dahulu dibandingkan struktur dan kaitannya dengan sifat-sifat fisisnya, sementara dari pengetahuan tentang sifat kimia dan sifat fisika suatu material dapat dimodifikasi dan direkayasa menjadi material maju. Hal ini yang menjadi tools dalam meningkatkan nilai tambah termasuk nilai tambah ekonomi.
Peran Ilmu Pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya dapat menggali potensi, meningkatkan produksi hingga meningkatkan nilai tambah ekonomi dari produk (lokal) dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti dibutuhkan inovasi dalam manajemen yang dibangun selama ini, terutama dalam penyiapan SDM di bidang sains dan infrastrukturnya. Banyak upaya yang dapat dilakukan selain membangun struktrur intern, dapat dilakukan dengan kerjasama dengan lembaga terkait seperti lembaga riset maupun universitas.
Memang dibutuhkan kepemimpinan yang visioner untuk menembusnya terutama kaitannya dengan membangun fungsi anggaran tepat sasaran khususnya menyangkut pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan ekonomi berkearifan lokal. Kepemimpinan yang visioner diharapkan mampu merevitalisasi kebiasaan tradisional menjadi kebiasaan yang maju (advance), semisal peningkatan kadar menggunakan teknik laboratorium.
Pusat penelitian (research center) sudah perlu dipikirkan untuk dibangun apalagi menyangkut pengelolaan Sumber Daya Alam. Banyak sekali potensi produk lokal Nias yang belum berhasil teridentifikasi dalam kaitannya dengan manfaatnya, karena banyak yanh hanya sekadar pengetahuan turun temurun, sementara untuk menjadi penambah khasanah ilmu masih sangat jauh. Analisis struktur dan sifat fisis sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi produk lokal Nias tersebut, sehingga menggeser cara berpikir yang buntu menuju solusi yang cemerlang.
Penutup
Apa yang hendak disampaikan pada tulisan ini utamanya terletak pada cara berpikir yang solusif memandang dinamika yang terjadi di masyarakat Nias. Isu tentang ''tuak Nias'' sebagai ''larangan'' beralih fungsi menjadi ''treasure'' (berharga). Disebut treasure karena di balik image negatif tentangnya, terdapat potensi yang besar dalam pemanfaatannya di berbagai aspek kehidupan yang luas. Dukungan ilmu pengetahuan melalui penyediaan SDM dan infrastruktur merupakan isu ''klasik'' tetapi tidak pernah dieksekusi dengan baik, harus diubah kalau memang serius dalam menyukseskannya.
Penulis:
Dr. Sun Theo C.L. Ndruru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar