Saya sebagai mahasiswa doktor (postgraduate student) yang sedang menekuni bidang penelitian Kimia Material untuk aplikasi storage devices mengisi hari-hari dengan membaca artikel-artikel yang telah dipublish dalam rangka mendukung penelitian untuk disertasi, sehingga diharapkan dapat mengeluarkan karya berupa artikel ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Di samping untuk tujuan menyumbangkan pengetahuan untuk khasanah keilmuan, khususnya ilmu Kimia, saya juga memiliki keinginan untuk memanfaatkan keterampilan yang saya miliki dari pengalaman membaca, meneliti dan meneliti untuk pengabdian kepada masyaakat.
Berikut, saya ingin membagikan beberapa hasil studi yang dilakukan oleh Ilmuwan di belahan dunia, yang dikemas dalam bentuk summary berhubungan dengan Membran Elektrolit Polimer (Polymer Electrolyte Membrane).
1. Preparation of Hydrophilic Polyethylene/Methylcellulose blend Microporous Membranes for Separator of Lithium-ion Batteries (oleh Haiyang Liao dari School of Materials and Energy, Guangdong University, China)
Pembuatan Membran Berpori Mikro dari Blend antara Polietilena/Metil Selulosa Hidrofil untuk Separator Baterai Ion Litium
Membran berpori mikro dari blend Polietilena hidrofil dengan kerapatan besar dan metil selulosa dibuat melalui proses separasi fasa terinduksi secara panas. Pengaruh dari MC terhadap membran HDPE diinvestigasi melalui pengujian morfologi dan penentuan diagram fasa, hidrofilisitas, kristalinitas dan sifat mekanik. Demikian pula, sifat elektrokimianya dievaluasi dengan sel baterai kecil (watch batteries) dengan membandingkan membran HDPE murni dan membran berpori mikro blend HDPE/MC sebagai separator yang ditambahkan garam LiPF6. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa titik awan meningkan dan morfologi permukaan dari membran berubah dari rapat menjadi berpori, dengan penambahan massa MC. Membran blend juga memiliki serapan elektrik yang lebih tinggi dibandingkan membran HDPE murni. Bahkan, konduktivitas ion maksimum (1,01 x 10^-3 S/cm) dan energi aktivasi minimum (Ea) 10,48 kJ/mol diperoleh ketika massa MC 2%. Selanjutnya, jika dibandingkan dengan membran HDPE murni, sel baterai (button cell) yang terdiri dari membran berpori mikro blend HDPE/MC menghasikan kapasitas pemakaian dan pengosongan yang lebih besar dan kinerja pemakaian lebih baik dalam kerapatan arus yang beragam.
Poin utama : peran MC
Penggunaan membran dalam baterai ion litium sangat bergantung pada konduktivitas ion.
Kondukstivitas ion berpengaruh signifikan terhadap kinerja elektrokimia baterai. Konduktivitas ion bertambah seiring penambahan massa MC hingga 2% dan mengalami penurunan setelah kondisi tersebut. Konduktivitas ini berbeda-beda sesuai jumlah pembawa ion dan mobilitasnya, yang keduanya bergantungpada daerah amorf. Konduktivitas membran dapat ditingkatkan dengan meningkatkan daerah amorf. Masuknya MC dapat meningkatkan daerah amorf dan pada gilirannya mengaktifkan fraksi yang luas untuk mobilitas pembawa ion.
Pergerakan ion Li+ dipelajari melalui transfer number (t+), suatu parameter dalam menjelaskan baterai ion litium yang dapat diisi ulang. Pengaruh penambahan MC adalah dihubungkan dengan ikatan hidrogen yang dapat dengan mudah terbentuk antara gugus hidroksil MC dan atom fluor dari PF6; ikatan hidrogen ini menghalangi gerakan anion tetapi memfasilitasi gerakan ion Li+.
2. Konduktor-konduktor Ion Tunggal Berbahan Poly(aryne ether) untuk Baterai Li-ion
Penulis:
1.
Hykkeun
Oh dari Departemen Sains dan Teknik Material, Universitas Negeri Pennsylvania,
Amerika Serikat
2.
Kui
Xu dari Departemen Sains dan Teknik Material, Universitas Negeri Pennsylvania,
Amerika Serikat
3.
Dae
Soo Kim dari Departemen Teknik Kimia dan Biologi, Univeristas Nasional Seoul,
Korea
4.
Chalathorn
Chanthad dari Departemen Sains dan Teknik Material, Universitas Negeri
Pennsylvania, Amerika Serikat
5.
Guang
Yang dari Departemen Sains dan Teknik Material, Universitas Negeri
Pennsylvania, Amerika Serikat
6.
Jiezhu
Jin dari Departemen Sains dan Teknik Material, Universitas Negeri Pennsylvania,
Amerika Serikat
7.
Ismail
Alperen Ayhan dari Departemen Sains dan Teknik Material, Universitas Negeri
Pennsylvania, Amerika Serikat
8.
Seung
M. Oh dari Departemen Teknik Kimia dan Biologi, Univeristas Nasional Seoul,
Korea
9.
Chalathorn
Chanthad dari Departemen Sains dan Teknik Material, Universitas Negeri
Pennsylvania, Amerika Serikat
10. Qing Wang dari Departemen Sains dan
Teknik Material, Universitas Negeri Pennsylvania, Amerika Serikat
Abstrak
Elektrolit yang
mengonduksi ion tunggal (single-ion) merupakan
suatu pilihan yang menarik pada konduktor-konduktor garam biner tradisional
yang biasa digunkan dalam baterai Li-ion. Secara teoritis dijelaskan bahwa
elektrolit ion tunggal yang mengembangkan sistem garam biner, dapat mengurangi
gradien konsentrasi dan menghilangkan polarisasi dalam sel, memperbaiki
substansi dalam penggunaanya pada daya dan kerapatan energi yang tinggi. Di
sini, kami menjelaskan sintesis dan karakterisasi dari suatu kelas elektrolit
ion tunggal berbahan dasar poly(arylene ether) dengan litium perfluoroetil
sulfonat. Film polimer mikropori dijenuhkan dengan karbonat organik
menghasilkan nilai tranfer Li+ mendekati satu, konduktivitas yang
sangat tinggi ( > 10-3 pada suhu ruang) pada rentang suhu yang
panjang, kestabilan elektrokimia yang baik, dan sifat mekanik yang unggul.
Kemampuan siklus yang sempurna mendekati kapasitas charge - discharge yang
telah ditunjukkan pada suhu ruang pada baterai yang terbuat dari konduktor ion
tunggal.
Pendahuluan
Baterai Li-ion telah
menjadi teknologi pilihan pada perangkat penyimpan energi yang dapat
diisi-ulang seperti elektronik portabel, jaringan stasioner dan perangkat
hibrida/elektrik. Elektrolit yang mengkonduksi listrik oleh ion-ion di antara
elektrode merupakan bagian terintegrasi dalam baterai Li-ion. Hampir semua
elektrolit cairan dan polimer yang berlaku pada saat ini, baik sebagai
baterai Li-ion prototipe maupun komersil
merupakan konduktor garam biner di mana baik ion litium maupun counter-anionnya
bermigrasi di antara elektrode-elektrode selama proses pengisi dan pemakaian.
Konduktivitas garam biner sebenarnya didominasi oleh pergerakan anion, karena
anion dari garam memiliki pergerakan yang sangat tinggi dan bergerak 5-10 kali
dari ion Li+, tanpa melihat jenis anionnya. Nilai transfer Li+
(tLi+) adalah
suatu parameter yang berdimensi untuk mendonasikan fraksi aliran yang dibawa
oleh Li-ion untuk transportasi muatan di dalam sel (baterai). Untuk
polimer-elektrolit yang terdiri dari garam Li (misalnya, LiXF6, X =
P, As, Sb) yang dilarutkan dalam koordinasi polimer, seperti polietilena oksida
(PEO), nilai tipikal, tLi+-nya adalah 0,2 – 0,3; yaitu
hanya 20-30% konduktivitas terukur yang dikaitkan dengan pergerakan Li+.
Akan tetapi, tidak terjadi reaksi elektrode dengan anion. Alhasil, penumpukan
anion pada permukaan elektrode/elektrolit menyebabkan polarisasi
konsentrasi, yang menyebabkan hilangnya daya tarikan baterai. Oleh karena itu, pergerakan anion harus dikurangi atau secara
total dieliminasi, yang dilakukan dengan pengikatan secara kovalen anion pada
kerangka polimer untuk membentuk konduktor ion (misalnya ionomer). Dikarenakan
ukuran dan sifat dari rantai polimer yang tidak bergerak, hanya kation yang
mampu bermigrasi sepanjang interval di
dalam keadaan padatan pada skala waktu yang beralasan, dan satuan tLi+
dapat dicapai dalam konduktor ion tunggal. Keuntungan penggunaan ion tunggal
dalam baterai telah lama dikenal secara teoritis, terutama penurunan gradien
konsentrasi dan kehilangan polarisasi di dalam sel baterai yang berkembang
dalam sistem garam biner, yang menghasilkan perbaikan substansi dalam
pemanfaatan material dalam aplikasi daya tinggi dan kerapatan energi.
Keuntungan teoritis juga meliputi distribusi anion spasial merata yang
memungkinkan bagian dari aliran yang lebih besar yang mengurangi permasalahan
termal dan ketiadaan interaksi elektrokimia dari anion dengan elektrode untuk
meningkatkan kestabilan. Studi teoritis saat ini telah menyarankan bahwa elektrolit yang mengonduksi ion tunggal
dapat menekan pertumbuhan lithium dendrites,
yang diikuti dengan beberapa kerja ekperimen yang mengkonfirmasi kekuatan
elektrolit pengkondusi ion tunggal untuk memperpanjang waktu hidup sel baterai
yang menggunakan anode logam litium.
Beberapa kelas dari
konduktor ion tunggal telah dilaporkan sebelumnya, yang paling sederhana,
penelitian ini secara signifikan menekan konduktivitas elektrolit secara
keseluruhan. Telah diterima secara luas bahwa konduksi ion dalam
polimer-elektrolit berhubungan dengan sangat erat dengan gerakan segmen lokal
dan dengan fenomena transisi polimer. Konsekuensinya, sebelumnya kebanyakan
konduktor ion tunggal bergantung pada suhu transisi gelas (Tg) polimer seperti PEO. Pendekatan ini hanya sebatas
peningkatan konduktivitas pada suhu ruang. Hingga sekarang, elektrolit ion tunggal
padat yang dilaporkan memiliki konduktivitas dengan rentang 10-7
s.d. 10-5 S cm-1
pada suhu ruang, setingkat lebih rendah
daripada aplikasi praktis. Bahkan, pemanfaatan polimer Tg rendah menurunkan kekuatan
mekanik dan kestabilan termal dari membran, sehingga menjadi suatu kelemahan
konduktor ion tunggal, karena hal-hal tersebut memiliki peran penting pada
separator di antara elektrode. Lebih baru, konduktor ion tunggal yang
diturunkan dari kopolimer blok rakitan (self-assembled),
yang terdiri dari segmen PEO sebagai blok konduktor ion
dan blok polistirena atau polimetakrilat memberikan peningkatan kekuatan
mekanik. Nilai konduktivitas 1,3 x 10-5 S cm-1 pada suhu
60 oC telah diperoleh dalam kopolimer tiga
blok : polistirena-b-PEO-b-polistirena, di mana litium
bis(trifluorometana)sulfon-imida (LiTFSI) tercangkok secara kovalen pada blok
polistirena ini. Suatu kelompok konduktor ion tunggal yang terdiri dari blend
polimer berbahan poli(etilenimina) telah dilaporkan menunjukkan konduktivitas 4
x 10-4 S cm-1 pada suhu ruang. Kelas lainnya dari
konduktor ion tunggal adalah elektrolit polimer gel,
yang telah dilaporkan menunjukkan konduktivitas ion 10-6 s.d 10-3
S cm-1 pada suhu ruang. Watanabe melaporkan suatu blend dari garam
litium-polimer dan kerangka polieter, yang mencapai konduktivitas ion 10-4
S cm-1 ketika diplastisasi dengan etilena karbonat (EC). Belakangan
ini, elektroit polimer gel berbahan polisiloxane,
polimer-garam litium (fenilsulfonil)imida, dan polimer garam litium borat
telah dilaporkan menghasilkan konduktivitas ion dalam rentang 10-4
s.d 10-3 S cm-1 pada suhu ruang. Sel baterai yang
menggunakan polimer-garam litium borat sebagai
elektrolit polimer gel diuji dalam bentuk kinerja siklus pada temperatur yang
berbeda. Cheng dkk. Membuat elektrolit polimer ion tunggal berpori dari litium poli(4-styrenesulfonyl-(phenylsulfonyl)imida
yang mengandung suatu campuran pelarut EC dan propilena karbonat (PC), yang
menghasilkan konduktivitas io 6,3 x 10-3 S cm-1 pada suhu
ruang.
Pada penelitian ini,
kami menjelakan sintesis dan karakterisasi dari konduktor ion tunggal berbasis
poli(arilen eter) dengan pendant
litium perfluoroetil sulfonat, yang memberikan karakteristik elektrolit padatan
dan cairan. Konduktor ion tunggal dicelupkan pada karbonat organik menghasilkan
konduktivitas sempurna pada interval suhu luas, yaitu 3,1 dan 0,74 x 10-3
S cm-1 pada 25 dan -20oC, berturut-turut, dan sifat
elektrokimia yang baik yang mempertahankan kestabilan mekanik dan termal sebagai
separator dan konduktor di antara elektroda dalam sel baterai. Fitur
pengonduksi ion tunggal dari membran telah diinvestigasi. Kinerja baterai yang
bernilai baik telah ditunjukkan melalui sel yang dirakit dari konduktor ion
tunggal pada suhu ruang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar