Mengurai permasalahan rendahnya
kualitas sumber daya manusia (SDM) Nias termasuk
langkah awal yang dilakukan dalam menyelesaikannya membutuhkan banyak energi
dan tak kunjung berakhir. Rumitnya identifikasi permasalahan tersebut, karena
dipengaruhi oleh fenomena dan dinamika sosial yang ada yang sangat mempengaruhi,
antara lain politik, pemerintahan, budaya. Pengambilan keputusan dalam
percepatan pembenahan sumber daya manusia, menurut hemat saya saya genting
untuk dilakukan dan diambil langkahnya secara strategis. Sumber daya manusia
mampu mempengaruhi semua aspek kehidupan, baik ekonomi, pelayanan,
pemerintahan, sosil-budaya dan lain sebagainya.
Era globalisasi memaksa semua
pihak (daerah) untuk bisa survive dan
eksis dalam upaya peningkatan kehidupannya di berbagai bidang. Jika tidak dilakukan,
maka alhasil suatu daerah akan merangkak bahkan cenderung mundur serta tak kunjung putus dalam keberadaannya sebagai
daerah yang tertinggal.
Berdasarkan pengalaman penulis,
potensi yang ada di dalam pemuda/i Nias
sebenarnya tidak kalah dibandingkan masyarakat di daerah lain, misalnya
dibandingkan dengan masyarakat tetangganya Tapanuli. Pengalaman penulis
berinteraksi dan belajar bersama masyarakat di luar Nias, menyadarkan penulis
bahwa betapa generasi Nias sebenarnya mampu berkompetisi dan mensejajarkan
dirinya dengan masyarakat lainnya. Akan tetapi, yang sangat kurang adalah ENTITAS (jumlah). Akses masyarakat Nias
dalam mengekspos dan berkarya dalam memajukan daerahnya masih sangat kurang
dari segi entitas ini, apalagi jika dibandingkan masyarakat lain yang sudah terlebih
dahulu mapan secara masif dalam memperjuangkan daerahnya.
ENTITAS SDM Nias yang terbatas inilah, menjadi tak bermakna apa-apa
dalam kurun waktu yang sangat panjang (alias tak berdampak), sehingga tidak
mampu mengangkat daerahnya dalam suatu kemandirian untuk mengeksplorasi segala sumber daya (alam) yang
ada, dan hal inilah yang sebenarnya dimaksud dengan KETIDAKMAJUAN daerah (berjalan di tempat).
Kesadaran akan pentingnya
peningkatan entitas SDM yang handal, hemat penulis bermunculan sudah sangat
lama. Kesadaran yang dimaksud biasanya berhenti pada WACANA
semata. Kesadaran disebut wacana, ketika tidak terealisasi, yang tentunya
dilatarbelakangi oleh faktor, perencanaan yang tidak matang, strategi yang
tidak pas, respon yang kurang baik dan pastinya pendanaan yang minim.
Pemerintah yang diberi “mandat”
paling dituntut dengan segala “kepemilikan akan kebijakan”-nya mengeksekusi
percepatan peningkatan kualitas SDM Nias. Percepatan peningkatan kualitas SDM
Nias, genting untuk dilakukan. Mengingat desakan globalisasi yang menyeret
setiap kelompok masyarakat untuk unggul. Arus globalisasi pastinya tidak tanggung-tanggung
mampu menghempas kelompok masyarakat yang tidak dapat survive (tertinggal). Untuk itulah upaya mempertahankan identitas
dan peradaban Nias, salah satunya dengan percepatan pembangunan SDM di semua
aspek (bidang).
Teknologi informasi dan komunikasi seharusnya tidak
lagi menjadi menjadi hambatan berkenaan dengan rencana strategis, jika dibandingkan
dekade-dekade sebelumnya. Percepatan TIK secara global, juga pastinya berdampak
bagi Nias itu sendiri. TIK kini tampaknya sudah terintegrasi dalam semua aspek
perikehidupan yang ada, termasuk dalam penyiapan SDM. Dalam hal ini bagaimana
TIK bisa menjadi apparatus yang
handal dalam penyiapan dan percepatan peningkatan kualitas SDM, maka dibutuhkan
real-action (tindakan nyata) dari Pemerintah Daerah alias si Pemangku
Kepentingan.
Pendidikan adalah pilar utama
dalam penyiapan dan percepatan kualitas pembangunan manusia itu Bahwa
Undang-Undang mengamatkan pendidikan merupakan aspek prioritas dalam agenda pembangunan
nasional. Harusnya gayungpun bersambut, pemerintah daerah Nias berusaha menjawabnya
dengan manuver-manuver yang kreatif, yang tentunya tidak bertentangan dengan Undang-Undang.
Untuk itu, start yang paling tepat
untuk membenahi percepatan peningkatan SDM Nias adalah melalui peningkatan
pelayanan pendidikan yang berkualitas itu sendiri.
Manuver yang juga dapat ditempuh
segera adalah dengan memperbanyak akses kepada SDM Nias untuk menempuh
pendidikan berkualitas ke jenjang yang lebih tinggi. Beasiswa diberikan kepada
siswa-siswa berprestasi (berpotensi), untuk melanjutkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi, demikian juga aparatur sipil (termasuk guru) yang
berprestasi (berpotensi) untuk bisa ditingkatkan dan diperkuat keahliannya
melalui training ataupun peningkatan pendidikannya. Manuver seperti ini perlu diperbanyak dan
berkesinambungan, dan pastinya dievaluasi feedback
apa yang diperoleh. Entitas SDM handal yang lebih banyak, tentunya akan
memberikan dampak signifikan dalam kemajuan Nias, seperti yang diharapkan.
Penulis melihat ada beberapa daerah
otonom di Kepulauan Nias, dalam dekade terakhir menjawab tantangan pendidikan
yang dimaksud. Eksekusi yang dilakukan bahkan mendapatkan respon yang baik dari
masyarakatnya. POLA PENDIDIKAN GRATIS yang pernah ditawarkan, merupakan manuver
yang sejalan dengan ide Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun
2003. Tetapi kenyataanya, dalam keberlangsungannya, justeru bermunculan masalah
yang paradoks dengan cita-cita Undang-Undang, yaitu Kualitas. Permasalahan pola pendidikan gratis yang bermunculan
seolah shock atau efek di luar dugaan
dari perencanaan. Faktanya dinamika permasalahan pendidikan tidak hanya
berhenti pada pemaknaan pendidikan gratis tersebut yang terletak pada biaya
pendidikan (dalam hal ini sekolah).
Banyak permasalahan pendidikan
yang seharusnya diidentifikasi dan dirumuskan terlebih dahulu dalam pengambilan
kebijakan, utamanya masalah guru dengan kualitasnya, guru dengan penghasilannya,
jumlah guru yang tidak merata, sarana prasarana sekolah yang tidak memadai bahkan
ada yang cenderung tidak edukatif, dan lain sebagainya. Pekerjaan rumah memang
tidak dapat dilakukan oleh Pemerintah itu sendiri. Dibutuhkan kerja sama yang
baik dengan pemerhati, praktisi dan stakeholder
dalam mewujudkannya.
Sumber daya manusia yang
berkualitas diperoleh dari proses yang berkualitas, proses yang berkualitas
diperoleh dari perencanaan yang berkualitas, perencanaan yang berkualitas
dirancang oleh pihak-pihak yang berkualitas. Sudah saatnya Pemerintah Daerah di
Nias tidak mengandalkan kemampuannya sendiri dalam menyelesaikan dan mengurai permasalahan
SDM, artinya Pemerintah harus memiliki manuver dengan menggandeng pihak yang potensial
dalam merancang dan mengeksekusi program yang “AMPUH” tersebut.
Sebelum mengakhiri sudut pandang
ini, penulis juga menginginkan peran serta
generasi yang sudah memiliki dan telah melalui akses pendidikan yang
sudah selangkah lebih maju, agar turut mengambil bagian dalam percepatan
peningkatan kualitas SDM Nias. Generasi-generasi muda melalui komunitas-komunitas
yang independen bisa mewujudkannya dengan kegiatan-kegiatan yang positif,
misalnya menginisiasi pembentukan rumah baca, rumah belajar, rumah kreatif
lainnya, yang tentunya membangkitkan energi positif untuk lebih baik. Demikian
juga masyarakat, utamanya yang mapan secara ekonomi, sudah saatnya berpikir
untuk sharing (berbagi) untuk
generasi muda Nias ke depan. Generasi Nias ke depan tidak berhenti pada kita
tetapi berlanjut untuk anak, cucu, cicit bahkan cicit dari cicit kita pada masa
mendatang, yang pada akhirnya dapat menikmati akses yang lebih mudah
dibandingkan sebelumnya, menuju masyarakat Nias yang lebih maju dan modern.
Profil Penulis:
Sun Theo Constan Lotebulo Ndruru
Kandidat Doktor (Bidang: Kimia Fisik Material) - Sekolah Pascasarjana, ITB
Pendidikan Terakhir:
1. Magister Sains (Bidang: Kimia Fisik) – Sekolah Pascasarjana, ITB, tahun 2013
2. Sarjana Pendidikan (Bidang: Kimia) – FMIPA, Universitas Negeri Medan, tahun 2008
Sejak 2009 mengabdikan diri sebagai aparatur sipil negara (ASN)- sekarang. Pernah juga mengajar di berbagai institusi pendidikan menengah dan tinggi di Nias.
Sun Theo Constan Lotebulo Ndruru
Kandidat Doktor (Bidang: Kimia Fisik Material) - Sekolah Pascasarjana, ITB
Pendidikan Terakhir:
1. Magister Sains (Bidang: Kimia Fisik) – Sekolah Pascasarjana, ITB, tahun 2013
2. Sarjana Pendidikan (Bidang: Kimia) – FMIPA, Universitas Negeri Medan, tahun 2008
Sejak 2009 mengabdikan diri sebagai aparatur sipil negara (ASN)- sekarang. Pernah juga mengajar di berbagai institusi pendidikan menengah dan tinggi di Nias.